Saturday, December 7, 2024

POEMS BY ZURINAAH HASSAN WITH TRANSLATION

 

KOTA MELAKA

(A FAMOSA)

 

Perhaps we should destroy it

The bitter memory of our downfall

But on second thought

Let it remain here

To remind us that we were once defeated

And to keep on asking ourselves

What have we learn

From this humiliation.

 

 

KOTA MELAKA

(A FAMOSA)

 

Barangkali kita patut meruntuhkannya

Ini kenangan pada luka bangsa

Tapi barangkali lebih baik

Kita biarkan dia di sini

Bukti satu kekalahan

Untuk terus bertanya

Apakah yang sudah kita pelajari

Dari penghinaan ini.

 

____________________________________________________

 

 

RAJA KASSIM

 

I have been thrown out of the palace

Torn away from greatness

I went to the sea

To fish for my life

 

In the dark night I grope

Casting my net of hope

Sometimes I catch fish

At other time only wisdom.

 

I feel at ease here

Let Raja Ibrahim be there

All the land he can conquer

But the sea will not surrender.

 

This boundless water

Is no match for man

All the kings in power

And his furious warriors

Will bow down to ocean breakers.

 

Let Raja Ibrahim sit on his throne

As I sit in my boat alone

Under the throne there is no sea

But still there are waves and currents

 

In the sea there is no throne

Only water and the horizon

There is no king and no lord

Only God.

 

 

 

RAJA KASSIM

 

Aku telah dibuang dari takhta

Disingkir dari kebesaran

Lalu membawa diri ke lautan

Menjadi nelayan.

 

Pada malam yang gelap

Kutebarkan jala harap

Selalu mendapat ikan

Selebihnya bertemu pengertian.

 

Aku senang di sini

Biarlah Raja Ibrahim di sana

Seluruh daratan dapat ditakluk

Tapi lautan tak akan tunduk.

 

Laut ini terbentang

Kudrat manusia tak terimbang

Segala raja yang berkuasa

Segala hulubalang yang garang

Akan tunduk pada gelombang.

 

Biarlah Raja Ibrahim di takhta

Dan aku menyendiri di perahu

Di takhta tidak ada laut

Namun di bawahnya tetap bergelora

 

Di laut tidak ada takhta

Cuma air dan awan

Di laut tidak ada pembesar dan raja

Kecuali Tuhan.

 THE MESSAGE FROM PRINCESS OF MOUNT LEDANG TO SULTAN MAHMUD

 

Tun Mamat

Convey this message to the Sultan

Bring these as my dowry

If he wish to marry me.

 

Build me a bridge of gold and another of silver

Bring me mosquitoes and germs seven trays of their hearts

Vessels full of tears and juice of young beetle nuts

From the king and his prince a bowl each of their blood.

 

Honestly

I knew from the start

That he is willing to construct the bridge of misery

Let the people carry the trays of agony

And bear the burden of heavy vessels of tears

Burn their life with flame of his own desire

Provided he could escape the fire.

 

Tun Mamat,

These conditions only show my rejection

I refuse to be his queen

Seeing my life a murky reflection

I am not Tun Fatimah

With the skill to forgive cruelty

I am not Tun Kudu

Who could be forced to agree

It’s enough with Hang Li PO

Wrapped up as a gift, a legacy

Or Tun Teja who trip and fall

The lover she follow was only a shadow.

 

Let Mount Ledang stand tall, a reminder to all

Of a flower that survived and remain free

Untouched by the royal fancy

Even a woman can choose to disagree

Even a king has his turn

To admit being beaten.

 

 

 

PESANAN PUTERI GUNUNG LEDANG KEPADA SULTAN MAHMUD

 

Tun Mamat,

Sampaikan pesanku, kepada sultan

Jika aku ingin diperisterikan

 

Perbuatkan jambatan emas, jambatan perak

Bawakan tujuh dulang hati kuman, hati nyamuk

Air mata dan air pinang muda setempayan

Darah raja dan anak raja semangkuk

 

Sebenarnya

Aku telah menduga

Dia akan sanggup merentang  jambatan derita

Dia merelai negeri menjadi dulang sengsara

Membiarkan rakyat memikul tempayan air mata

Kehidupan terbakar dalam api berahi

Selagi kepanasan tidak terpercik ke tubuhnya.

 

Tun Mamat

Sebenarnya aku memberi syarat ini

Kerana Aku tidak sudi menjadi permaisuri Sultan

Dan hidup bercerminkan kekeruhan

Aku bukannya Tun Fatimah

Yang pandai memaafkan kezaliman

Aku bukannya Tun Kudu

Yang tahu merelakan paksaan

Cukuplah dengan Puteri Hang Li Po

Yang terbungkus menjadi persembahan

Dan tersungkurnya Tun Teja

Ketika menangkap bayang-bayang cinta

 

 

Biarlah gunung ledang berdiri mengingatkan

Ada bunga yang tidak dapat digubah

Sesedap titah

Seorang Perempuan pun ada kalanya

Berhak memiliki kebebasan

Seorang Sultan pun ada kalanya

Harus tunduk kepada kekalahan.

 

 

 

 

 

 

 

No comments:

Post a Comment