KOTA
MELAKA
(A
FAMOSA)
Perhaps
we should destroy it
The
bitter memory of our downfall
But
on second thought
Let
it remain here
To
remind us that we were once defeated
And
to keep on asking ourselves
What
have we learn
From
this humiliation.
KOTA
MELAKA
(A
FAMOSA)
Barangkali
kita patut meruntuhkannya
Ini
kenangan pada luka bangsa
Tapi
barangkali lebih baik
Kita
biarkan dia di sini
Bukti
satu kekalahan
Untuk
terus bertanya
Apakah
yang sudah kita pelajari
Dari
penghinaan ini.
____________________________________________________
RAJA
KASSIM
I
have been thrown out of the palace
Torn
away from greatness
I
went to the sea
To
fish for my life
In
the dark night I grope
Casting
my net of hope
Sometimes
I catch fish
At
other time only wisdom.
I
feel at ease here
Let
Raja Ibrahim be there
All
the land he can conquer
But
the sea will not surrender.
This
boundless water
Is
no match for man
All
the kings in power
And
his furious warriors
Will
bow down to ocean breakers.
Let
Raja Ibrahim sit on his throne
As
I sit in my boat alone
Under
the throne there is no sea
But
still there are waves and currents
In
the sea there is no throne
Only
water and the horizon
There
is no king and no lord
Only
God.
RAJA
KASSIM
Aku
telah dibuang dari takhta
Disingkir
dari kebesaran
Lalu
membawa diri ke lautan
Menjadi
nelayan.
Pada
malam yang gelap
Kutebarkan
jala harap
Selalu
mendapat ikan
Selebihnya
bertemu pengertian.
Aku
senang di sini
Biarlah
Raja Ibrahim di sana
Seluruh
daratan dapat ditakluk
Tapi
lautan tak akan tunduk.
Laut
ini terbentang
Kudrat
manusia tak terimbang
Segala
raja yang berkuasa
Segala
hulubalang yang garang
Akan
tunduk pada gelombang.
Biarlah
Raja Ibrahim di takhta
Dan
aku menyendiri di perahu
Di
takhta tidak ada laut
Namun
di bawahnya tetap bergelora
Di
laut tidak ada takhta
Cuma
air dan awan
Di
laut tidak ada pembesar dan raja
Kecuali
Tuhan.
Tun
Mamat
Convey
this message to the Sultan
Bring
these as my dowry
If
he wish to marry me.
Build
me a bridge of gold and another of silver
Bring
me mosquitoes and germs seven trays of their hearts
Vessels
full of tears and juice of young beetle nuts
From
the king and his prince a bowl each of their blood.
Honestly
I
knew from the start
That
he is willing to construct the bridge of misery
Let
the people carry the trays of agony
And
bear the burden of heavy vessels of tears
Burn
their life with flame of his own desire
Provided
he could escape the fire.
Tun
Mamat,
These
conditions only show my rejection
I
refuse to be his queen
Seeing
my life a murky reflection
I
am not Tun Fatimah
With
the skill to forgive cruelty
I
am not Tun Kudu
Who
could be forced to agree
It’s
enough with Hang Li PO
Wrapped
up as a gift, a legacy
Or
Tun Teja who trip and fall
The
lover she follow was only a shadow.
Let
Mount Ledang stand tall, a reminder to all
Of
a flower that survived and remain free
Untouched
by the royal fancy
Even
a woman can choose to disagree
Even
a king has his turn
To
admit being beaten.
PESANAN
PUTERI GUNUNG LEDANG KEPADA SULTAN MAHMUD
Tun
Mamat,
Sampaikan
pesanku, kepada sultan
Jika
aku ingin diperisterikan
Perbuatkan
jambatan emas, jambatan perak
Bawakan
tujuh dulang hati kuman, hati nyamuk
Air
mata dan air pinang muda setempayan
Darah
raja dan anak raja semangkuk
Sebenarnya
Aku
telah menduga
Dia
akan sanggup merentang jambatan derita
Dia
merelai negeri menjadi dulang sengsara
Membiarkan
rakyat memikul tempayan air mata
Kehidupan
terbakar dalam api berahi
Selagi
kepanasan tidak terpercik ke tubuhnya.
Tun
Mamat
Sebenarnya
aku memberi syarat ini
Kerana
Aku tidak sudi menjadi permaisuri Sultan
Dan
hidup bercerminkan kekeruhan
Aku
bukannya Tun Fatimah
Yang
pandai memaafkan kezaliman
Aku
bukannya Tun Kudu
Yang
tahu merelakan paksaan
Cukuplah
dengan Puteri Hang Li Po
Yang
terbungkus menjadi persembahan
Dan
tersungkurnya Tun Teja
Ketika
menangkap bayang-bayang cinta
Biarlah
gunung ledang berdiri mengingatkan
Ada
bunga yang tidak dapat digubah
Sesedap
titah
Seorang
Perempuan pun ada kalanya
Berhak
memiliki kebebasan
Seorang
Sultan pun ada kalanya
Harus
tunduk kepada kekalahan.
No comments:
Post a Comment